Sejakmendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Konon, sebelum mati ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang lusuh. Agar kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir
๏ปฟOleh Munawir Amin. Imam Muhammad bin Idris as-Syafiโi rahimahullah pernah berkata โAku mengunjungi Abu Nawas. Lalu Aku bertanya padanya โApa yang Engkau persiapkan untuk hari ini, wahai saudaraku, Abu Nawas?โ. Kemudian Abu Nawas menjawab dengan sebuah Syair ุชูุนูุงุธูู
ููููู ุฐูููุจูู ููููู
ููุง ููุฑูููุชููู ุจุนููููููู ุฑูุจูููู ููุงูู ุนููููููู ุฃูุนูุธูู
ูุง โPernah kuanggap dosa-dosa ku besar. Namun, ketika kusandingkan dengan pengampunan-Mu, wahai Tuhanku. Maka, ampunan-Mu ternyata lebih besarโโ. โAbu Nawas itu karibku,โ kata Syaikh Muhammad bin Rafiโ memulai kisahnya. โNamun, di akhir umurnya, kami berpisah jarak. Ketika tersiar kabar kewafatannya. Aku sedih luar biasa. Antara tidur dan terjaga, seakan Aku bertemu dengannya. Lalu Aku panggil Dia โWahai Abu Nawas!โ.โIyaโ, jawab Abu Nawas. โApa yang telah Allah perbuat padamu?โ, tanya Syekh Muhammad bin Rafiโ. โDia mengampuni Akuโ, kata Abu Nawas, โdan itu disebabkan bait syair yang Aku tulis. Dan syair itu sekarang berada ditumpukan bantal kedua di rumahkuโ. Tidak lama kemudian Syekh Muhammad bin Rafiโ melakukan perjalanan jauh mengunjungi keluarga Abu Nawas. Ketika keluarga Abu Nawas melihat Syekh Muhammad bin Rafiโ, kesedihan menyelimuti keluarga Abu Nawas dan mereka pun kembali menangis. Setelah reda, Syekh Muhammad bin Rafiโ bertanya pada mereka โApakah saudaraku Abu Nawas punya simpanan syair sebelum beliau wafat?โ. โKami tidak tahuโ, jawab keluarga Abu Nawas. โHanya saja, sebelum kewafatannya. Beliau meminta dibawakan tempat tinta dan kertas. Lalu menulis sesuatu. Apa yang ditulis, kami tidak tahuโ, terang keluarga Abu Nawas. โBolehkan Aku masuk memeriksa?โ, kata Syekh Muhammad bin Rafiโ. Keluarga Abu Nawas pun mempersilahkannya. Lalu Muhammad bin Rafiโ memasuki kamar Abu Nawas. Memeriksa tempat Syekh Muhammad bin Rafiโ menemukan pakaian yang belum dipindah. Diangkatnya pakaian itu, tidak ditemukan apa-apa. Kemudian, diangkat bantal pertama, juga tidak terlihat apa-apa. Setelah diangkat bantal kedua, ditemukan secarik kertas. Dan disitu tertulis beberapa syair ููุง ุฑูุจูู ุฅููู ุนูุธูู
ูุชู ุฐูููุจูู ููุซูุฑูุฉู ููููููุฏู ุนูููู
ูุชู ุจูุฃูููู ุนููููููู ุฃูุนูุธูู
ูุง "Wahai Tuhanku, Jika dosa-dosaku yang banyak itu membesar. Aku yakin, pengampunan-Mu lebih agung,". ุฅูู ููุงูู ููุง ููุฑูุฌููููู ุฅูููุง ู
ูุญูุณูู ููุจูู
ููู ููููููุฐู ููููุณูุชูุฌูููุฑู ุงููู
ูุฌูุฑูู
ู "Andai Engkau hanya menerima orang yang baik saja. Lalu bagaimana dengan kami, orang-orang yang penuh noda dan dosa,". ุฃูุฏูุนููููู ุฑูุจููุ ููู
ูุง ุฃูู
ูุฑูุชูุ ุชูุถูุฑููุนุงู ููุฅูุฐูุง ุฑูุฏูุฏูุชู ููุฏูููุ ููู
ููู ุฐูุง ููุฑูุญูู
ู "Aku berdoa padamu Gusti, dengan kerendahan hati, sebagaimana Engkau perintahkan. Jika Engkau tolak kedua tanganku. Siapa lagi yang akan mengasihi Aku?,". ู
ูุง ูููู ุฅููููููู ููุณูููููุฉู ุฅููููุง ุงูุฑููุฌูุง ููุฌูู
ููููู ุนููููููู ุซูู
ูู ุฃูููููู ู
ูุณูููู
ู "Hanya harapan dan indahnya ampunan-Mu yang jadi perantaraku. Lalu , Aku pasrah pada-Mu,". Sebelum meninggal dunia, Abu Nawas pernah duduk sendirian, memperhatikan matahari yang berangsurโangsur tenggelam. Suasananya cukup hening. Abu Nawas melihat begitu indahnya warna langit yang dipenuhi dengan mega berwarna kuning jingga. Ia memperhatikannya dengan seksama, hingga akhirnya suasana indah itu hilang seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Entah apa penyebabnya, tibaโtiba Abu Nawas tak mampu membendung air matanya. Hatinya terasa pedih. Ia menangis terseduโsedu. Ia menengadahkan kedua tangannya sambil bersyair ุฅููููู ููุณูุชู ููููููุฑูุฏูููุณู ุฃููููุงู ูููุงู ุฃูููููู ุนูููู ููุงุฑู ุงูุฌูุญูููู
ู "Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi Aku tidak kuat dalam neraka jahim,". ููููุจู ููู ุชูููุจูุฉู ููุงุบูููุฑู ุฐูููููุจูู ููุฅูููููู ุบูุงููุฑู ุฐูููุจู ุนูุธูููู
ู "Maka berilah Aku taubat ampunan dan ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar,". ุฐูููููุจูู ู
ูุซููู ุฃูุนูุฏูุงุฏู ุงูุฑููู
ูุงูู ููููุจู ููู ุชูููุจูุฉู ููุงุฐุงู ุงูุฌููุงููู "Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah Aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan,". ููุนูู
ูุฑูู ููุงููุตู ููู ููููู ููููู
ู ููุฐูููุจูู ุฒูุงุฆูุฏู ูููููู ุงุญูุชูู
ูุงูู "Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana Aku menanggungnya,". ุฅููููู ุนูุจูุฏููู ุงูุนูุงุตูู ุฃูุชูุงูู ู
ูููุฑููุง ุจูุงูุฐููููููุจู ููููุฏู ุฏูุนูุงูู "Wahai Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu,". ููุฅููู ุชูุบูููุฑู ููุฃูููุชู ููุฐูุงูู ุฃููููู ููุฅููู ุชูุทูุฑูุฏู ููู
ููู ููุฑูุฌูู ุณูููุงูู "Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah ahli pengampun. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi Aku mengharap selain kepada Engkau,". Demikianlah semoga bermanfaat. Indramayu, 13 September 2021 / 06 Shafar 1443 H Pengasuh Ponpes Sirojuttholibin Tulungagung Kertasmaya Indramayu
Discovershort videos related to pesan abu nawas sebelum meninggal on TikTok. Watch popular content from the following creators: si_rajun(@pengeja.hujan), Modeairplane๐ต(@_mode_airplane), DANโข๐ (@syakieb.1), si_rajun(@pengeja.hujan), Secerah Qalbu(@secerahqalbu), HILDE๐บ๐ฒ๐พ(@ld.raja.pugut), ููุณุฑูู ู
ุงูููุฏุฑุง(@yusril_mahendra04), QEENA1212(@papanyaqeena), pemuDAIslam
Penulis Wayan Bagus Prastyo* Diriwayatkan dalam sebuah hadis yang terkenal dari sahabat Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya โBarang siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnyaโ HR. Muslim. Di antara semua manusia yang bergairah mengetahui pelajaran hadis ini adalah Abu Nawas, dimana saat ia hendak wafat, ia mengucapkan syair yang sangat indah untuk mewakilkan tindakan taubatnya kepada Allah SWT. Dimana dalam syairnya terdapat susunan yang sangat sistematis dan indah dalam upaya kerasnya untuk mendapat ampunan dari Allah SWT. Syairnya juga sangat menyentuh bagi siapa saja yang membacanya, sehingga merasa menarik untuk menghafal sekaligus membahasnya. Lalu bagaimana manhajnya dalam menyusun sebuah syair yang sangat indah dan menyentuh dalam upayanya merayu Allah agar berkenan menerima taubatnya? Namun sebelum membahas manhajnya, maka pertama-tama kita membahas siapa itu Abu Nawas? RIWAYAT SINGKAT TENTANG ABU NAWAS. Rosihan Anwar menyamakan sosok Abu Nawas dengan Kabayan โtokoh komedian Indonesia-, namun ini dinilai sangat tidak proposional. Kabayan hanya mempersepsikan pelaku seni yang lugu, lucu, jujur, dan tidak hidup dalam hingar bingar metropolis kota peradaban. Meskipun begitu canda dan guyonannya sarat dengan pesan moral dan budaya kejujuran. Sementara Abu Nawas lebih kompleks dari itu, ia dianggap sastrawan yang polemis sekaligus vulgar, bombastis, kontroversional, dan sangat vocal menyuarakan kritik sosial. Bahkan ia dianggap sebagai intelektual penyair terbesar di kalangan masyarakat Arab kala itu. Nama asli Abu Nawas adalah al-Hasan ibn Hani, salah satu pembesar penyair atau sastrawan di zaman ad-Daulah al-Abbasiyah. Lahir di Ahwaz salah satu daerah di Khuziztan di sebelah barat Persia pada tahun 140 Hijriah dalam riwayat lain 145 H. Ras arab didapat dari ayahnya, salah seorang tentara Marwan ibn Muhammad khalifah Bani Umayyah terakhir. Sementara Ras Persia didapat dari ibunya bernama Julibban. Oleh karena itu ia tidak saja menguasai bahasa Persia tetapi juga dianggap salah seorang pionir kultur dan peradaban Persia di Baghdad. Pada usia 6 tahun ayahnya meninggal, sehingga ibunya mengajak untuk tinggal di Basrah. Demi memenuhi dahaga intelektual dan seninya, ia banyak mempelajari berbagai macam ilmu, baik ilmu-ilmu keagamaan, pemikiran, bahasa, dan sastra. Ilmu-ilmu agama ia serap secara intens, fatwa dari berbagai mazhab fiqh, tafsir baik tentang nasakh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, serta hadis. Dalam bidang bahasa dan sastra ia bergaul dengan Walibah ibn Hibban al-Asadi seorang penyair jenaka, abu al-Aโtahiyah, Basyar bin Burd serta beberapa tokoh penyair dan intelektual lainnya. Ia juga membentuk sebuah komunitas dengan nama โIshabah al-Mujanโ perkumpulan kaum jenaka. Ia juga bergaul dan menimba ilmu dari dua tokoh ilmu nahwu seperti Abu Yazid dan Abu Ubaidah. Serangkaian perjalanan ilmiyah ia lakukan bersama gurunya Walibah ibn Hibban al-Asadi ke Ahwaz kemudian ke Kufah. Kehidupannya di Kuffah menambah kekentalan penguasaan intelektualitasnya. Ia rajin hadir dalam pertemuan ilmiyah para penyair yang biasa diadakan setiap hari bersama Walibah sambil minum-minum. Dalam kondisi mabuk, sering kali mereka mengkritik dan mencela para pendahulu dan pembaru. Pertemuan intelektual ini digunakannya untuk membiasakan bersikap spontan, melatih, meneliti, dan mengkritik kebudayaan, perilaku, bahkan realitas sosial. Dalam rangka penguasaan bahasa dari sumber aslinya ia menuruti saran Khalf Ahmar untuk mendalami bahasa pada masyarakat badui. Lalu ia ke Baghdad kemudian ke Mesir untuk menimba pengalaman intelektualnya. Abu Nawas kembali ke Baghdad pada saat Harun al-Rasyid menjadi khalifah, ia mulai mendapat kedudukan khusus di istana pada masa itu, sekalipun ia pernah dipenjarakan pada masa itu, kemudian dilepaskan kembali. Ia juga bergaul dengan beberapa penyair seperti al-Walid ibn Yazid, Adi ibn Zaid, dan Husein ibn Dhahak. Ada perbedaan pendapat mengenai tahun dan sebab kematiannya. Ada pendapat yang mengatakan ia meninggal di penjara. Ada pula pendapat bahwa ia mencela Bani Nubihkat, dan mereka memukuinya sampai wafat. Tahun wafatnya tercatat 190 H, dalam riwayat lain 197 H. SYAIR ABU NAWAS TERJEMAH DAN MAKSUDNYA Berikut adalah syair yang dimaksud dalam upaya kerasnya agar Allah berkenan menerima taubatnya. ูุง ุฑุจูู ุฅูู ุนูุธูู
ูุชู ุฐููููุจูู ููุซูุฑูุฉู ูููุฏ ุนูููู
ูุชู ุจูุฃูููู ุนููู ุฃูุนูุธูู
ู ุฅููู ููุงูู ูุงู ููุฑูุฌูููู ุฅููุงูู ู
ูุญูุณููู ููู
ูู ุงูุฐู ููุฏูุนูู ูููุฑูุฌูู ุงูู
ุฌุฑู
ุฃูุฏูุนูููู ุฑูุจูู ูู
ุง ุฃู
ุฑุช ุชูุถูุฑููุนุงู ููุฅูุฐูุง ุฑูุฏูุฏููุชู ููุฏูู ูู
ู ุฐุง ููุฑูุญูู
ู ู
ูุงููู ุฅููููููู ููุณููููุฉู ุฅููุงูุงูุฑููุฌูุง ููุฌูู
ูููู ุนููููููู ุซูู
ูู ุฅููููู ู
ูุณูููู
ู โWahai Tuhanku, aku mengetahui bahwa dosaku sangat banyak maka sungguh aku juga mengetahui bahwa ampunanmu lebih besar Apabila tidak ada yang boleh berharap kepada-Mu kecuali orang-orang yang baik maka kepada Siapa orang yang pernah berbuat jahat berdoa dan memohon? Aku memohon kepada-Mu wahai Tuhanku sebagaimana engkau perintahkan, dengan menampakan segala kelemahanku maka apabila engkau menolak permohonanku, kepada siapa lagi hamba memohon kasih sayang? Aku tidak mempunyai satu wasilah pun untuk memohon kepada-Mu kecuali harapan dan keindahan ampunanmu. Dan sungguh aku termasuk orang muslim berserah diriโ MANHAJ SYAIRNYA Jika kita perhatikan setiap baitnya dari awal hingga akhir, maka dapat diambil sebuah sistematika yang indah dalam manhajnya menyusun syair tersebut. Kita lihat dari bait yang pertama bahwa ia memulai baitnya dengan โpengakuanโ bahwa dosanya amat banyak. Jika di taโwil lebih luas maka bait pertama dapat diartikan sebagai berikut โWahai Tuhanku, hamba mengetahui bahwa dosa hamba selama hidup didunia amatlah banyak, maka hamba juga mengetahui bahwa ampunan-Mu lebih luas dan hamba memohon agar engkau menyayangi dan mengampuni hamba.โ Kemudian bait kedua ia lanjutkan dengan โkegelisahanโ yang ia rasakan. Jika di taโwil lebih luas maka bait kedua dapat diartikan sebagai berikut โDan apabila tidak ada yang boleh untuk memohon dan mendapat ampunan-Mu kecuali orang-orang muโmin yang baik yang memiliki banyak amal shalih, maka kepada siapa orang yang pernah berbuat dosa dan jahat memohon ampunan?โ Kemudian bait ketiga ia lanjutkan dengan โpermohonanโ. Maka jika di taโwil lebih luas bait ketiga dapat diartikan sebagai berikut โDan hamba berdoa kepada-Mu wahai Tuhanku untuk memohon perlindungan dengan menampakkan segala kelemahan dan ketidakmampuan hamba sebagaimana firman-Mu.โ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu Muhammad tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Kuโฆ.โ Dan apabila Engkau tidak menyanyangi hamba, maka tidak akan ada lagi sampai kapanpun Zat yang menyayangi hamba, kecuali hanya Engkau. Kemudian dalam bait keempat ia tutup dengan โkepasrahanโ agar Allah berkenan menerima taubatnya. Maka jika ditaโwil lebih luas bait keempat dapat diartikan sebagai berikut โdosa-dosa hamba amatlah banyak Wahai Tuhan, dan hamba tidak memiliki satu wasilahpun yang dapat hamba gunakan untuk mendekatkan diri hamba kepada-Mu kecuali dari luasnya ampunan-Mu, rahmat-Mu, dan keindahan ampunan-Mu, kemudian sungguh hamba adalah seorang muslim yang dengan ikhlas bertaubat dan berdoa kepada-Mu โ Demikianlah indahnya syair Abu Nawas dalam penghujung hidupnya demi mendapat ampunan dari Allah SWT. Adapun perihal diterima atau tidak taubatnya maka Allahu aโlam bissawab. Namun apabila merujuk kepada hadis diatas maka besar peluang diterima taubatnya. Dan dari syairnya tersebut dapat kita tiru dalam doa-doa kita dan dapat pula kita jadikan contoh tuntuk meluluhkan hati orang lain dengan merubah lafal-lafalnya, teteapi tetap dengan tarkib yang sama. Sebagai contoh nya adalah sebagai berikut Wahai Fulan/Fulanah, aku sadar bahwa aku memiliki banyak kekurangan, maka aku juga sadar bahwa segala kelebihanmu dapat menutupi segala kekurangan-kekuranganku itu Apabila tidak ada orang yang boleh bersanding denganmu kecuali orang-orang baik, maka kepada siapa orang-orang yang hanya ingin menjadi pribadi lebih baik berharap? Aku meminangmu Fulan/Fulanah, sebagaimana Allah perintahkan, dengan menampakkan diriku apa adanya, maka apabila engkau menolakku kepada siapa lagi aku memohon kasih dan sayang? Aku tidak punya satu wasilahpun yang dapat kugunakan untuk mendekatkan diriku denganmu kecuali doa-doaku yang berlabuh pada Allah SWT dan keindahan perilakumu. Dan sungguh aku mencintaimu.โ Wkwkwkw. Ini cuma contoh. *Mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Referensi Anshoriyah, Siti. Abu Nuwas Intelektual dan Humanitas Puisi. Al-Turasi No. 3 September 2004. Jamiah al-imam Muhammad ibn suโud al-islamiyah. Kitab Silsilah taโlim al-lughah al-arabiyah mustawa ar-rabiโ al-Balaghah wa an-Naqd. Riyadh. 2004. diakses pada tanggal 21 Desember 2019 pukul WIB.
SyairAbu Nawas Sebelum Wafat by Mujaddid (1) 13 Oktober 2021 in Puisi 0 Ya Allah, jika dosa- dosaku besar dan sangat banyak Namun sesungguhnya aku tahu bahwa pintu maaf-Mu lebih besar Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon ? Aku berdoa kepada-Mu dengan penuh tadharru'
Ya Allah, jika dosa- dosaku besar dan sangat banyak Namun sesungguhnya aku tahu bahwa pintu maaf-Mu lebih besar Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon ? Aku berdoa kepada-Mu dengan penuh tadharruโ sebagaimana Engkau perintahkan Lalu jika Engkau menolak permohonanku, lalu siapa yang akan merahmatiku ? Aku tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali hanya sebuah pengharapan Juga bagusnya pintu maaf-Mu kemudian aku pun berserah diri Catatan Abu Nawas adalah penyair masyhur di era kerajaan Abbasiyah dengan kehidupan hedonis seperti dikesankan dalam hikayat โ100 Malamโ Alfu Lailatin wa Lailah. Dikisahkan dalam kitab โal Bidayah wa Nihayahโ karya Ibnu Katsir, bahwa Abu Nawas dimasa mudanya memang gemar meminum khamr, sampai-sampai beliau menulis syair tentang sensasi meminum khamr berjudul khamriyyat. Abu Nawas juga gemar bersenang-senang dengan banyak perempuan dan dianggap sebagai seorang zindiq. Kendati terjerumus dalam kubangan maksiat, Abu Nawas kemudian mendapat hidayah dari Allah SWT. Setelah sungguh-sungguh bertaubat, kemudian beliau menuntut ilmu agama, yakni ilmu Al Qurโan, ilmu hadis, dan sastra Arab melalui sejumlah ulama. Diriwayatkan, syair di atas adalah nukilan dari karya Abu Nawas yang ia tulis sebelum wafat. Syair yang ditulis pada secarik kertas tersebut ditemukan di bawah bantal Abu Nawas tidak lama setelah beliau wafat.
Danbagi Abu Nawas, gembok merupakan sarana menertawakan hidup. Sebelum meninggal dunia, ia pernah berpesan pada keluarganya, agar kelak gerbang makamnya menampilkan gembok sebesar ember. Seumur hidupnya ia hanya ingin beramal dengan menyenangkan orang lain, maka dengan gembok sebesar ember di makamnya semoga bisa jadi amal terakhir.
Ilahi, lastu lilfirdausi ahla. Wala aqwa 'ala naril jahimiFahab li tawbatan waghfir dzunubi. Fainaka ghafirud dzanbil adzimiArtinyaTuhanku, Hamba tidaklah pantas menjadi penghuni surga Firdaus. Namun, hamba juga tidak kuat menahan panas api berilah hamba tobat dan ampunilah hamba atas dosa-dosa hamba. Karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi MahaagungDua bait syair di atas tentu sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia terutama kaum tradisionalis Islam. Beberapa saat menjelang shalat Magrib atau Subuh, jemaah di masjid-masjid atau musala di pedesaan biasanya mendendangkan syair tersebut dengan syahdu sebagai puji-pujian. Konon, kedua bait tersebut adalah hasil karya tokoh kocak Abu Nawas. Ia adalah salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah 1001 masyarakat Islam Indonesia, nama Abu Nawas atau Abu Nuwas juga bukan lagi sesuatu yang asing. Abu Nawas dikenal terutama karena kelihaian dan kecerdikannya melontarkan kritik-kritik tetapi dibungkus humor. Mirip dengan Nasrudin Hoja, sesungguhnya ia adalah tokoh sufi, filsuf, sekaligus penyair. Ia hidup di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad 806-814 M. Selain cerdik, Abu Nawas juga dikenal dengan kenyentrikkannya. Sebagai penyair, mula-mula ia suka mabuk. Belakangan, dalam perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah dan kehidupan sejati, ia menemukan kehidupan rohaniahnya yang sejati meski penuh liku dan sangat mengharukan. Setelah mencapai tingkat spiritual yang cukup tinggi, inspirasi puisinya bukan lagi khamar, melainkan nilai-nilai ketuhanan. Ia tampil sebagai penyair sufi yang tiada banding. Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H 747 M di kota Ahvaz di negeri Persia Iran sekarang, dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran kepada Ya'qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa'ad as-Samman. Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab. Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa. Dalam Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim. Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana sya'irul bilad. Sikapnya yang jenaka menjadikan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Dua bait syair di atas merupakan salah satu syairnya yang dapat dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa spiritual yang dalam. Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan โ tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri. Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti - yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota puisi Abu Nawas dihimpun dalam Diwan Abu Nuwas yang telah dicetak dalam berbagai bahasa. Ada yang diterbitkan di Wina, Austria 1885, di Greifswald 1861, di Kairo, Mesir 1277 H/1860 M, Beirut, Lebanon 1301 H/1884 M, Bombay, India 1312 H/1894 M. Beberapa manuskrip puisinya tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden, Bodliana, dan Mosul. Salah satu cerita menarik berkenaan dengan Abu Nawas adalah saat menejelang sakaratulmautnya. Konon, sebelum mati ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang lusush. Agar kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir datang ke kuburnya, Abu Nawas dapat menolak dan mengatakan. "Tuhan, kedua malaikat itu tidak melihat kain kafan saya yang sudah compang-camping dan lapuk ini. Itu artinya saya penghuni kubur yang sudah lama." Tentu ini hanyalah sebuah lelucon, dan memang kita selama ini hanya menyelami misteri kehidupan dan perjalanan tohoh sufi yang penuh liku dan sarat hikmah ini dalam lelucon dan sumber
- ะะตฯีธึแะตฮผฮธั ีจ
- ะแ ะธััฮฒแบแกีญ ีญ
- ิธะผแ
ะธะทฯ
ั
แแีงััะณีธึีฌั
- ะกะบีกั
ัีก ััััฮนแญึ
ะตแแีฑีญฯะฐีนะธั
- ฮฮฑัััฮฝะธัะฒ ั ีซัะธฮดัั
- ะฃะฝ ีบฮนัะบีฅัะธั
ะพแง ะฟัะฐะผะธะฝั
Sejakmendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Dua bait syair di atas merupakan salah satu syairnya yang dapat dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa spiritual yang dalam.
Oleh Wisnu Tanggap Prabowo Pengajar Program Matrikulasi STEI Tazkia, Bogor. Pengajar LBPP LIA. Penulis Aviasi ADAKALANYA Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang melalui dosa-dosanya, dan menghinakan seseorang justru dengan amal kebaikannya. Seorang tabiโin, Saโid bin Jubair, berkata bahwa ini terjadi ketika seorang hamba bangga akan amalannya sehingga kesombongan menjauhkannya dari Rahmat Allah. Sementara perasaan hina karena banyaknya dosa dapat membuat seorang hamba bersimpuh, lunak hatinya, dan bertaubat sehingga Allah mengampuni kemudian memuliakannya. Bahkan Allah berkata dalam hadis qudsi, โKalau kalian tidak berdosa maka Allah akan menjadikan kalian sirna, lalu Allah mendatangkan suatu kaum yang mereka berdosa lalu mereka bertaubat kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka.โ HR. Muslim. Abu Nawas, misalnya, adalah penyair masyhur di era kerajaan Abbasiyah dengan kehidupan hedonis seperti dikesankan dalam hikayat โ100 Malamโ Alfu Lailatin wa Lailah. Abu Nawas memang gemar meminum khamr sampai-sampai beliau menulis syair tentang sensasi meminum khamr berjudul khamriyyat. Ia juga gemar bersenang-senang dengan banyak wanita dan dianggap sebagai seorang zindiq. al Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir, 14/73. Meski terjerumus dalam kubangan maksiat, Abu Nawas sempat menuntut ilmu agama, yakni ilmu Al Qurโan, ilmu hadis, dan sastra Arab melalui sejumlah ulama. Setelah hidayah Allah, besar kemungkinan taubatnya Abu Nawas ditengarai oleh manfaat ilmu agama yang pernah dipelajarinya. Sisi lain dari Abu Nawas inilah yang tidak sepopuler reputasinya sebagai penyair eksentrik dan gemar hura-hura. Sahabat Abu Nawas, Abu Khalikan, menuturkan dalam Wafiyatul Aโyan 2102 bahwa sebelum wafatnya, Abu Nawas menulis bait-bait syair yang ia sembunyikan di bawah bantal. Ibnu Khalikan mengaku bertemu Abu Nawas dalam mimpi dimana ia berkata, โWahai Abu Nawas, apa balasan Allah terhadapmu?โ Abu Nawas menjawab, โAllah Mengampuni dosaku karena beberapa bait syair yang kutulis saat aku sakit sebelum wafat, syair itu berada di bawah bantalku.โ Abu Khalikan kemudian mendatangi kediaman keluarga Abu Nawas dan benar saja, ia menemukan secarik kertas berisi syair di bawah sebuah bantal. Di antara penggalan bait syair terakhir yang ditulis Abu Nawas berbunyi Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja, Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon? Aku tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali sebuah pengharapan, Juga bagusnya pintu maaf-Mu, kemudian aku pun seorang muslim. Meskipun seorang muslim terjatuh ke dalam kubangan dosa dan maksiat berulang kali, pintu taubat selalu terbuka baginya sebelum maut menjemput atau Hari Kiamat tiba. Sebaliknya, seseorang yang membawa amalan sepenuh bumi namun ia menghadap Allah sebagai pelaku kesyirikan, maka amalannya sia-sia belaka QS. Az Zumar 65 dan ia kekal selamanya di dalam penderitaan QS. Al Maidah 72. Semoga Allah mengampuni Abu Nawas rahimahullah dan kaum muslimin seluruhnya. []
Adabeberapa riwayat yang menceritakan, sebelum pertobatannya, Abu Nawas adalah seorang pemabuk berat. Syair-syairnya masa itu lebih banyak bercerita tentang minuman, wanita dan cinta. Tapi meski seorang pemabuk, kepiawaiannya dalam mencipta syair ketika itu nyaris tak tertandingi.
Jakarta - Pernah dengar tentang Abu Nawas? Pria yang memiliki nama Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami itu merupakan seorang sufi yang cerdas sekaligus pujangga sastra Arab Abu Nawas ia peroleh semasa remaja di Basrah, Irak Selatan, tempat di mana dirinya dibesarkan. Penamaan Abu Nawas akibat rambutnya yang ikal dan panjang buku Kisah 1001 Malam Abu Nawas Sang Penggeli Hati tulisan Rahimsyah, dikatakan Abu Nawas pernah merayu Tuhan melalui syair. Lantas, bagaimana sosok Abu Nawas?Profil Singkat Abu NawasAbu Nawas sekitar tahun 757 M di Provinsi Ahwaz, Khuzistan atau sebelah barat daya Persia. Namun, para ulama berbeda pendapat terkait tahun kelahirannya, seperti dikutip dari buku Abu Nawas Sufi dan Penyair Ulung yang Jenaka oleh Muhammad Ali ayah wafat saat Abu Nawas masih kecil. Setelahnya, ibu dari Abu Nawas membawa putranya itu ke Kota Basrah, Irak karena alasan ekonomi. Abu Nawas kepada seseorang bernama Attar untuk melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan anak begitu, Abu Nawas mendapat perlakuan baik dari Attar. Ia disekolahkan di sekolah Al-Qur'an hingga berhasil menjadi hafiz. Pengetahuannya terhadap kalam Allah SWT inilah yang kelak menjadi karakter linguistik syair-syair yang ia Abu NawasAbu Usamah bin al-Hubab al-Asadi, seorang penyair Kufah keturunan persia tertarik dengan kecerdasan Abu Nawas. Setelahnya, Abu Nawas diangkat menjadi Walibah begitu terkenal karena puisinya yang homoerotik, tidak bermoral, tetapi ia sangat fasih dan terampil menggunakan diksi-diksi yang ringan, tajam, dan jenaka. Kemampuannya inilah yang kemudian mewarnai ciri puisi karya Abu buku Biografi Tokoh Sastra karya Ulinuha Rosyadi dikatakan bahwa kelihaian Abu Nawas di dunia sastra semakin bersinar setelah berhasil menarik perhatian Khalifah Harun musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas kemudian diangkat menjadi penyair istana syai'rul bilad yang bertugas mengubah puisi puji-pujian untuk syair-syair Abu Nawas berisi keglamoran. Seiring berjalannya waktu, lambat laun karya Abu Nawas justru condong kepada nuansa religi dan kepasrahan kepada Allah, sebagaimana disebutkan oleh Siti Nur Aidah dalam bukunya yang bertajuk 25 Kisah Pilihan Tokoh Sufi Al I'tiraf Karya Abu NawasTerdapat salah satu syair Abu Nawas yang cukup populer. Syair tersebut berisi mengenai dirinya yang tidak pantas menjadi penghuni surga, namun ia juga takut masuk itu dikenal dengan sebutan syair Al I'tiraf atau syair untuk merayu Tuhan. Berikut bunyinyaIlahi lastu lil firdausi ahlaWala aqwa ala naril jahimiFahab li taubatan waghfir dzunubiFainnka ghafiruz dzambil adzimiArtinyaTuhanku, tidaklah pantas hamba menjadi penghuni surgaNamun hamba juga tidak kuat menahan panas api nerakaMaha beri hamba tobat dan ampunilah hamba atas dosa-dosa hambaKarena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha AgungKisah Lucu Abu Nawas dan KeledainyaSemasa hidupnya, Abu Nawas banyak memperlihatkan tingkahnya yang menjengkelkan tapi jenaka. Cerita Abu Nawas banyak dibaca untuk menghibur diri dan memperoleh pesan-pesan penuh makna. Berikut ini merupakan cerita Abu Nawas bersama keledainya sebagaimana dikutip dari laman NU Nawas memiliki seekor keledai yang setia menemaninya. Ketika saat-saat genting menghadapi Baginda Raja, keledai tersebut dimanfaatkan Abu Nawas sebagai contoh, ketika Abu Nawas diusir keluar kampung karena menurut penasihat raja, Abu Nawas akan mendatangkan musibah. Hal itu disadarkan atas mimpi sang raja yang diputuskan oleh satu hukuman Abu Nawas ialah dilarang kembali ke kampung dengan menaiki keledai. Jika melanggar, maka Abu Nawas akan kena hukuman masyarakat gembira Abu Nawas telah kembali ke kampung. Begitu juga dengan sang raja dan punggawa rasa senang yang dirasakan oleh orang-orang istana dikarenakan mereka akan menghukum Abu Nawas. Sayangnya, kegembiraan orang-orang istana buyar, karena Abu Nawas kembali ke kampung tidak menaiki keledai, melainkan bergelantungan di bawah perut hewan demikian, Abu Nawas tidak bisa dikatakan menaiki keledai. Ia lantas selamat dari hukuman juga pada satu waktu, Abu Nawas kesal terhadap keledainya. Ia kemudian memukuli keledainya di tempat Abu Nawas terhadap keledainya dilihat oleh seorang pria. Pria tersebut bertanya kepada Abu Nawas, "Mengapa anda memukuli binatang yang lemah?"Berseloroh, Abu Nawas lantas melontarkan jawaban sebagai berikut, "Maaf, apakah dia anggota keluarga Anda?" Simak Video "Maestro Kaligrafi Indonesia" [GambasVideo 20detik] aeb/lus
7izgGji. iomj4ab2b1.pages.dev/139iomj4ab2b1.pages.dev/342iomj4ab2b1.pages.dev/322iomj4ab2b1.pages.dev/569iomj4ab2b1.pages.dev/47iomj4ab2b1.pages.dev/502iomj4ab2b1.pages.dev/362iomj4ab2b1.pages.dev/540
syair abu nawas sebelum meninggal