BacaJuga:Khutbah Jumat: Menjadi Warga Baik untuk Negara yang Baik. Sabar merupakan salah satu amaliyah yang sangat penting dalam ajaran Islam. Oleh karena pentingnya kedudukan sabar itulah, sabar dijadikan oleh Allah ﷻ sebagai satu sebab dari berbagai sebab atau faktor mendapatkan pertolongan dan kebersamaan bersama Allah Taala.
- As-salāmu ʿalaykum wa-raḥmatu -llāhi wa-barakātuh..Hari ini kita kembali memasuki hari paling utama dibanding hari-hari lainnya menurut Islam, hari Jumat. Bagi kita laki-laki yang sudah balig, sehat dan bermukim, ada kewajiban khusus untuknya, yakni melaksanakan salat Jumat, di mana dalam salat Jumat salah satu syarat sahnya adalah mendengarkan khotbah Khotbah Jumat اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Setiap dari kita pasti pernah merasakan yang namanya ujian dan cobaan yang semua itu tentunya datang dari Allah dan cobaan hidup dari Allah merupakan sunah. Manusia hidup itu ada masanya akan mengalami berbagai kesusahan dan penderitaan hidup. Manusia akan dihadapkan kepada ujian-ujian hidup yang sulit untuk mengelaknya dan itu adalah satu ketetapan dan hukum Allah yang bersifat pasti dan tetap, berlaku kepada siapa pun, kapan pun dan di mana pun manusia berada. Ujian dan cobaan hidup dari Allah di dunia itu tidak hanya berupa musibah atau kesengsaraan, ada kalanya ia berupa kelapangan dan kenikmatan. Bisa berupa sehat maupun kondisi sakit, bisa berupa kekayaan maupun beberapa surah di Al-Qur'an juga disebutkan tentang ujian yang datangnya dari Allah SWT, baik kondisi senang dan kondisi SWT berfirman اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَAhasiban naasu anyu yutrakuuu any yaquuluuu aamannaa wa hum la yuftanuunArtinya "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji lagi?" QS. Al-Ankabut 2Dari ayat ini kita bisa mengambil hikmah bahwa Allah akan menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan tingkat keimanan mereka. Apakah manusia berpikir Allah akan membiarkan mereka saja ketika dikatakan “Kami beriman” tanpa menguji kebenaran perkataan mereka itu dengan ujian melalui harta dan diri mereka? Tentu tidaklah demikian, karena Allah SWT pasti akan menguji manusia agar menjadi jelas tingkat kebenaran dan keteguhannya. Allah SWT juga berfirmanكُلُّ نَفۡسٍ ذَآٮِٕقَةُ الۡمَوۡتِؕ وَنَبۡلُوۡكُمۡ بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةً ؕ وَاِلَيۡنَا تُرۡجَعُوۡنَKullu nafsin zaaa'iqatul mawt; wa nabluukum bishsharri walkhairi fitnataw wa ilainaa turja'uunArtinya "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami." QS. Al-Anbiya 35Dalam setiap ujian yang menimpa manusia akan selalu ada kebaikan. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda “Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah menetapkan kepadanya sesuatu kecuali itu merupakan kebaikan baginya“ HR. Ahmad.Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Meski Allah SWT memberi kita ujian dan cobaan, tapi ingatlah bahwa Allah sangat menyayangi hamba-hambanya, karena semua ujian yang didapat itu diberikan sesuai dengan kesanggupan surah Al-Baqarah ayat 286 disebutkan لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَهَا ؕ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا اكۡتَسَبَتۡؕ Laa yukalliful-laahu nafsan illaa wus'ahaa; lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat;Artinya "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya".Baca juga Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Musibah dan Bencana, Termasuk Pandemi Doa Ketika Tertimpa Musibah dan Bencana Arab, Latin & Artinya Hikmah di Balik Ujian dan Cobaan Jadi apa hikmah yang bisa kita dapatkan di balik semua ujian dan cobaan yang datangnya dari Allah SWT, setidaknya ada 5 hikmah, yaitu1. Agar Allah semakin mengetahui siapa di antara hamba-hambanya yang benar-benar berada di atas kesabaran dan siapa di antara hamba-hambanya yang berada dalam keputusasaan. Allah berfirman “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. QS. Al-Baqarah 155Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW, bahwa Dia akan menguji mereka dengan perkara-perkara yang berat untuk menunjukkan siapa yang taat dan mana yang ingkar. Imam Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir menjelaskan, bersyukur ketika mendapat kesenangan dan bersabar saat mendapatkan ujian adalah sebenar-benarnya karakter orang yang sikap itu, tulis Al-Munawi, tidak ditemukan dalam diri kalangan kafir dan munafik. Sifat tersebut adalah ketika seseorang diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta, dan kedudukan, ia bersyukur pada Allah Swt atas karunia tersebut, dan Allah akan mencatat mereka ke dalam golongan orang-orang yang halnya ketika ditimpa musibah, ia bersabar, maka seseorang itu pun akan dimasukkan ke dalam orang-orang yang kesabaran dalam menghadapi musibah ialah dengan mengucapkan kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.""Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlif li khairan minha. Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik dari padanya." HR Muslim2. Allah akan mengangkat derajat dan menghapus dosaAllah berfirman “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” QS. Asy-Syura30. Rasulullah bersabda "Tidak ada satu pun musibah yang menimpa seorang Muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya.” HR. MuslimAda pula riwayat hadis berbunyi, "Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya." HR. Bukhari dan Muslim3. Ujian sebagai tanda cinta dan kebaikan Allah SWTMusibah dan ujian yang diberikan Allah kepada hambanya bisa jadi merupakan tanda cinta dan kebaikan Allah SWT. Sabda baginda Rasulullah SAW"Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barang siapa yang rida maka baginya keridaan Allah, namun barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah." HR. Tirmizi.Dalam riwayat lain juga disebutkan"Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang rida, maka ia yang akan meraih rida Allah. Barangsiapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” HR. Ibnu MajahApabila Allah mencintai seseorang, maka bisa saja Allah menujukkan rasa cinta-Nya dengan ujian dan musibah. Allah jadikan musibah sebagai pengganti siksa di akhirat yang kadarnya akan jauh lebih pedih. Rasulullah Saw bersabda;"Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” HR. Tirmidzi4. Ujian bisa disetarakan dengan syahidAnjuran bersabar dalam menghadapi musibah dan ujian, terutama yang berupa wabah ditegaskan Nabi Saw melalui sabdanya "Wabah penyakit adalah sejenis siksa azab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum Muslimin. Tidak ada seorang pun yang terserang wabah, lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala, juga mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid." HR. Bukhari, An-Nasa'i, dan AhmadDalam kondisi saat ini, seperti yang kita ketahui ada wabah yang disebut dengan virus Corona, Sars-COV-2. Hikmah di Balik musibah seperti Pandemi COVID-19, menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili, yang perlu diperhatikan bukan dari sisi sebab musabab lebih penting adalah memahami hikmah di balik rentetan musibah yang datang silih berganti. Manusia adalah hamba, sedangkan Allah adalah Tuhannya yang boleh-boleh saja memberikan musibah, ujian, maupun nikmat Fath Al-Bari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani menjelaskan, makna gamblang dan akurat manthuq hadis ini adalah orang yang memiliki sifat tersebut berdiam diri di rumah saat terjadi wabah akan mendapatkan pahala syahid walaupun yang bersangkutan tidak sampai meninggal jamaah Jumat rahimakumullah, Wabah bisa menimpa siapa saja, baik mukmin maupun bukan, orang-orang saleh maupun para pendosa. Namun, masing-masing dari mereka bisa berbeda dalam menyikapi wabah dan saat itulah mereka secara tidak langsung sedang ikut menentukan, apakah wabah ini menjadi rahmat kasih sayang atau azab siksa.5. Ujian, cobaan atau musibah bisa mendatangkan pahala tanpa batasAllah Swt berfirman;"... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." QS. Az-Zumar 10Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya dengan mengutip Al-Auza'iy mengatakan, yang dimaksud dengan pahala tanpa batas adalah kebaikan orang-orang yang sabar tidak akan ditakar atau ditimbang. Mereka langsung dimasukkan ke surga tanpa perhitungan. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Demikian khotbah Jumat pada hari ini. Mudah-mudahan kita semua yang sedang mendapat ujian atau cobaan dari Allah bisa menyikapinya dengan baik, selalu ingat bahwa di balik ujian dan cobaan, ada hikmah yang selalu bisa bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Aamiin allahumma اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُBaca juga Kisah Teladan Nabi Ayyub As Sabar Hadapi Cobaan Bertubi-tubi Naskah Khutbah Jumat Meneladani Rasulullah dalam Menyikapi Pandemi - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom
Hikmah Mualaf; Rumah Zakat; Sang Pencerah; Ihram; Alquran Digital; ISLAM DIGEST Nabi Muhammad; Naskah Khutbah Jumat: Mendalami Makna Ar-Rahman dan Ar-Rahiim. Jumat 05 Aug 2022 05:15 WIB. Red: Ani Nursalikah "Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya
Naskah khutbah Jumat singkat kali ini mengingatkan umat Islam bahwa sedang berada di bulan Rabiul Awal. Bulan yang disebut juga dengan maulid ini hendaknya dioptimalkan untuk memperbanyak membaca shalawat dan mempelajari akhlak baginda Nabi Muhammad SAW. Besar harapan, dengan melakukan cara yang disarankan tersebut akhlak umat Islam dari hari ke hari kian baik. Hal tersebut sebagaimana makna diutusnya baginda Nabi ke dunia ini dengan tujuan utama menyempurnakan akhlak. Teks khutbah juga dapat disebar ke sejumlah media sebagai sarana menyebar kebaikan yang diharapkan menjadi amal jariyah. Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْإِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah SWT Alhamdulillah, hari Jumat ini kita masih diberi kemampuan untuk menjalankan salah satu perintah melaksanakan jamaah shalat Jumat. Rasanya Jumat ini adalah hari istimewa karena merupakan Jumat di bulan Rabiul Awal. Marilah kita gunakan waktu spesial ini untuk meningkatkan takwallah yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Jamaah yang Berbahagia Begitu mulianya Rasulullah, sehingga sebagian ulama menganggap malam kelahirannya tidak kalah mulianya dibandingkan dengan Lailatul Qadar. Karena adanya Lailatul Qadar sebagai malam diturunkannya Al-Qur’an disebabkan adanya kelahiran Rasulullah sebagai penerima wahyu Al-Qur’an. Rasul yang dipercaya mengemban dan menyampaikan Al-Qur’an kepada umat manusia di mayapada. Demikian mulianya Rasulullah hingga dalam hadits qudsi diungkapkan bahwa Allah swt berkata kepada Nabi Adam AS قال الله تعالى لأدم لولا محمد ماخلقتك Artinya Jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan engkau wahai Adam. Dalam riwayat lain dikatakan Jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan alam semesta ini. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Akan tetapi sangat disayangkan bahwa bulan maulid ini malah terkesan menjadi bulan saling menuduh dan membid’ahkan. Hanya karena berbeda pendapat mengenai hukum peringatan maulid. Padahal tidak demikian seharusnya. Di bulan kelahiran Rasulullah ini, umat Islam harus sadar dan kembali merapatkan barisan, meningkatkan ketakwaan dan merealisasikannya dalam realitas kehidupan. Sehingga menjadi nyata apa yang difirmankan oleh Allah bahwa Dia mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi semesta alam. wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin. Rahmat yang sudah sepatutnya kita syukuri dengan cara memperbanyak baca shalawat dan menyenangkan kaum fakir miskin dengan bersedekah. Bahkan keberadaan rahmat itu mewajibkan kita selaku umat untuk menyambutnya dengan gembira. Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Hadirin yang Mulia Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang merek kumpulkan. Yunus 58 Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam Ulumul Qur’an diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya As-Suyuthi dalam Ad-Durrul Mantsur menerangkan bahwa rahmat itu tiada lain adalah Rasulullah. Hal ini senada dengan kutipan Ibnu Abbas وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم قال الله وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين Artinya Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah SWT telah berfirman Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam Al-Anbiya 107 Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam surat Yunus di atas yang berbunyi Hendaklah mereka bergembira, secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambut gembira atas rahmat tersebut. Jamaah yang Berbahagia Demikian pentingnya merasa bergembira menyambut kelahiran Rasulullah sehingga Imam Imam al-Suyuthy 849-910 H/ 1445-1505 M dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid memberikan petunjuk cara merayakan maulid Nabi yang benar أنَّ أصْلَ عَمَلِ الْمَوْلدِ الَّذِى هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ. وَرِواَيَةُ الأخْبَارِ الوَارِدَة فِى مَبْدَءِ أمْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِى مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِى يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ Artinmya Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang mulia. Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, halaman 189-197 Hal pertama yang harus ada dalam perayaan, sebagai bukti kegembiraan umat muslim atas kelahiran Rasulullah adalah membaca al-Qur’an. karena al-Qur’an adalah mukjizat Rasulullah sekaligus pedoman hidup bagi umat Muslim. Hal kedua yang tidak boleh terlewatkan adalah bercerita tentang kisah Rasulullah yang penuh keteladanan. Teladan bagi pemuda, bagi pedagang, bagi seorang suami, bagi seorang pemimpin dan tidak juga bagi segenap umatnya. Dan ketiga adalah Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, yaitu يَقُوْلُ اِبْنُ تَيْمِيَّة قَدْ يُثَابُ بَعْضُ النَّاسِ عَلَي فِعْلِ الْمَوْلِدِ وَكَذَلِكَ مَا يُحْدِثُهُ بَعْض النَّاسِ إمَّا مُضَاهَاة لِلنَّصَارَى فِى مِيْلاَدِ عِيْسَى عليه السلام وَإمَّا مَحَبَّةٌ لِلنَّبي صلي الله عليه وسلم وَتَعْظِيْمًالَهُ وَالله قَدْ يُثِيْبُهُمْ عَلَى هَذِهِ الْمَحَبَّةِ وَالاجْتِهَادِ لاَ عَلَى الْبِدَعِ Artinya Ibn Taimiyyah berkata Orang-orang yang melaksanakan perayaan maulid Nabi akan diberi pahala. Demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian orang. Adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Allah Ta’ala akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan atas bid’ah yang mereka lakukan.Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush Bainan Nadzariyyat wat Tathbiq, halaman 399. Artikel diambil dari Khutbah Jumat Hujan Rahmat di Bulan Mauli Demikianlah cara bagaimana umat Islam dapat merayakan bulan maulid dengan lebih bermakna. Harapannya semoga kita senantiasa meraih rahmat dan di akhirat kelak mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW. Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
IndonesiaDunia Filantropi Hikmah Mualaf Rumah Zakat Sang Pencerah Ihram Alquran Digital. islam digest. Nabi Muhammad Muslimah Kisah Fatwa Mozaik Kajian Alquran Doa hadist. Internasional. Timur tengah Palestina Eropa Amerika Asia Afrika Jejak Waktu Australia Plus DW. Ekonomi. Digital Syariah Bisnis Finansial Migas pertanian Global.
Khutbah Pertamaإِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباًيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًاأَمَّا بَعْدُMukadimahMa’asyiral Muslimin rahimakumullah,Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menganugerahkan berbagai nikmat yang tidak ada batasnya kepada kita shalawat dan salam senantiasa terlimpah untuk nabi kita yang mulia, Muhammad ﷺ , keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang mengikuti sunnah beliau dengan sebaik-baiknya, secara tulus ikhlas dan penuh wasiatkan kepada diri kami pribadi dan jamaah shalat Jumat sekalian, marilah kita senantiasa berusaha bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, di mana pun kita berada, semaksimal kemampuan yang kita miliki sebagai manusia dengan takwa sajalah kita akan mulia di dunia dan akherat dan takwa itulah bekal terbaik untuk perjalanan abadi yang pasti kita lakukan suatu saat Mi’raj Moment Penuh MaknaMa’asyiral Muslimin rahimakumullah,Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Isra’, surat ke 17 ayat pertama,سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ – ١Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya Muhammad pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha ini menjadi dalil yang tegas bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperjalankan Nabi Muhammad ﷺ di malam hari di sebagian malamnya dengan jasad dan ruhnya dalam keadaan terjaga, bukan tidur, dari Masjidil Haram di Makkah menuju Baitul Maqdis, di negeri kita, Isra’ Mi’raj ini diperingati setiap tanggal 27 Rajab. Sebenarnya terdapat banyak perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang masalah dalam kitab sirah nabi, Ar-Rahiq Al-Makhtum, karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, disebutkan ada 6 pendapat tentang waktu terjadinya Isra’ Mi’ tahun Nabi ﷺ diangkat sebagai Nabi. Imam Ath-Thabari memilih pandapat tahun setelah kenabian. Imam An-Nawawi dan Al-Qurthubi menguatkan pendapat malam 27 Rajab tahun kesepuluh setelah kenabian. Al-Allamah Al-Manshur Fauri memilih pendapat bulan sebelum hijrah yaitu pada bulan Ramadhan tahun ke 12 setelah tahun dua bulan sebelum hijrah , yaitu bulan Muharram tahun ke 13 setelah tahun sebelum hijrah, yaitu di bulan Rabiul Awwal tahun ke 13 setelah kenabian.[i]Markaz Al-Fatwa Islamweb Qatar di bawah bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih menyatakan bahwa para ulama yang telah melakukan penelitian masalah ini menyatakan tidak ada dalil shahih tentang waktu Isra’ dan Mi’raj tersebut.[ii]Seluruh riwayat tentang waktu yang memastikan saat terjadinya Isra’ Mi’raj adalah dha’if / lemah. Di antara semua riwayat yang lemah tersebut, yang paling baik sanadnya adalah yang diriwayatkan oleh Musa bin Uqbah dari Az-Zuhri bahwa Isra’ Mi’raj itu terjadi satu tahun sebelum pendapat ini benar, maka Isra’ Mi’raj itu terjadi di bulan Rabiul Awwal. Sedangkan riwayat paling lemah yang dikritik oleh para ulama adalah pendapat yang menyatakan Isra’ Mi’raj itu terjadi pada bulan Rajab.[iii]Terlepas dari semua perbedaan pendapat tersebut, satu hal yang pasti bahwa Isra’ Mi’raj itu benar terjadi dan itu merupakan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ ini sangat menggemparkan bangsa Arab saat itu. Bahkan sampai sekarang masih ada sebagian orang yang meragukan peristiwa berlindung kepada Allah Ta’ala dari terperangkap kepada paham yang mendewakan akal sehingga berani menolak ayat al-Quran hanya karena dianggap berlawanan dengan ilmu pengetahuan alam Mi’raj merupakan momen yang sangat agung dan penuh dengan hikmah. Dalam kesempatan khutbah ini, kita akan urai apa yang terjadi saat Isra’ Mi’raj berdasar riwayat hadits yang shahih dan apa saja pelajaran atau hikmah di balik terjadinya peristiwa menakjubkan Yang Dialami Nabi ﷺ Dalam Isra Mi’rajMa’asyiral Muslimin rahimakumullah,Dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj, banyak hal yang dilihat dan dialami oleh Nabi ﷺ . Bila semua riwayat hadits tentang masalah ini disampaikan, maka waktunya tidak akan itu, kami ringkaskan penjelasan dari Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar terhadap hadits-hadits yang shahih tentang peristiwa Isra’ Mi’raj dalam bukunya Kisah-Kisah Ghaib dalam Hadits beliau menukil secara lengkap hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab Manaqib Anshar, bab Al-Mi’raj no. 3887 dan juga oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman bab Al-Isra’ no. 162 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar mulai memberikan penjelasan yang secara ringkas sebagai berikut”Hal pertama yang dialami Nabi ﷺ adalah Malaikat Jibril membedah beliau dari leher paling bawah hingga bagian bawah perutnya, sehingga dada sampai perut beliau kosong, lalu mencucinya dengan air zam-zam dengan tangannya. Dia mencuci perutnya sampai didatangkan bejana dari emas yang di dalamnya terdapat mangkuk kecil dari emas pula, dan penuh dengan iman dan hikmah. Kemudian Jibril memenuhi dada dan urat-urat kerongkongannya dengan iman dan hikmah tersebut lalu menutupnya kembali. [Hadits riwayat Al-Bukhari 7517 dan Muslim 164]Setelah proses pencucian yang dilakukan Jibril alaihis salam terhadap Nabi ﷺ selesai, didatangkanlah seekor binatang tunggangan yang disebut dengan Buraq. Binatang ini telah disebutkan ciri-cirinya oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya, ”Dia itu binatang putih dan panjang. lebih besar dari keledai namun lebih kecil dari baghal.”Mengenai kecepatannya tidak ada yang mengetahui kecuali Allah Ta’ala. Nabi ﷺ hanya mengatakan, ”Dia meletakkan kuku kakinya sejauh mata memandang.”Rasulullah ﷺ menungganginya dan bertolak menuju Baitul Maqdis. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim Nabi ﷺ bersabda, ”Aku menungganginya hingga sampai di Baitul maqdis. Lalu aku menambatkannya pada tambatan yang sering dijadikan tempat tambatan oleh para Nabi. kemudian aku masuk masjid dan menunaikan shalat dua rakaat di dalamnya.”Di sana Allah mengumpulkan para Nabi dan beliau shalat bersama mereka sebagai imam. [Fathul Bari, Ibnu Hajar, 7/261]Setelah menunaikan shalat di dalam masjid lalu beliau keluar. Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan, ”Jibril datang kepada Nabi ﷺ dengan membawa semangkuk khamr dan semangkuk susu. Nabi ﷺ bersabda, ”Maka aku memilih susu.”Jibril berkata, ”Kamu telah memilih fitrah.” Ketika Rasulullah ﷺ lebih memilih susu daripada khamr, dalam hadits riwayat Al-Bukhari 4709 Jibril berkata kepada beliau, ”Segala puji bagi Allah yang telah menunjukimu kepada fitrah. Jika kamu mengambil khamr maka umatmu akan menyeleweng.”Kemudian beliau Mi’raj ke langit tertinggi. Ketika tiba di setiap lapis langit, Jibril meminta agar dibukakan pintu langitnya. Rasulullah ﷺ bersabda, ”Kemudian Jibril bertolak denganku hingga tiba di langit dunia lalu dia meminta dibukakan. Lalu ditanya,”Siapa ini?” Dia menjawab, ”Jibril.”Ditanya lagi, ”Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab, ”Muhammad.” Ditanya lagi, ”Apakah dia telah menjadi rasul?” Dia menjawab,”Ya.” Lalu dikatakan, ”Selamat datang untuknya. Pendatang paling baik telah tiba.” Maka dibukalah pintu langit.”Terjadi hal yang sama pada setiap tingkat langit dari tujuh lapis langit tersebut. Di setiap tingkatan langit terdapat seorang Nabi atau lebih. Masing-masing dari mereka menyambut Nabi ﷺ , memberikan ucapan selamat datang dan mendoakan langit pertama beliau berjumpa dengan Adam alaihis salam. Pada langit kedua beliau disambut oleh Nabi Isa dan Nabi Yahya alaihimas berkata,”Ini adalah Yahya dan Isa. Ucapkanlah salam kepada keduanya.” Maka kuucapkan salam dan keduanya menjawab lalu berkata,”Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih.”Rasulullah ﷺ ketika sampai di langit ketiga bertemu dengan Nabi Allah Yusuf alaihis salam. Dalam hadits riwayat Muslim, Nabi ﷺ berkomentar tentang Nabi Yusuf alaihis salam,”Ternyata dia orang yang diberi separuh ketampanan.”Di langit keempat Nabi ﷺ berjumpa dengan Nabi Idris alaihis salam. Pada langit kelima Nabi ﷺ bertemu dengan Nabi Harun alaihis salam. Pada langit keenam Nabi ﷺ berjumpa dengan Nabi Musa alaihis langit ke tujuh Nabi ﷺ berjumpa dengan Nabi Ibrahim alaihis salam. Jibril berkata,”Ini adalah ayahmu. Ucapkanlah salam kepadanya.” Maka kuucapkan salam kepadanya. Ibrahim menjawab salamku lalu berkata,”Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih.”Nabi ﷺ melihat Nabi Ibrahim ﷺ sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Makmur. Setiap hari 70 ribu malaikat memasuki Baitul Makmur dan malaikat yang sudah masuk ke dalamnya tidak akan pernah kembali ke sana setelah ﷺ menyebutkan ciri-ciri Nabi Ibrahim alaihis salam yang ternyata serupa dengan beliau tampilan Rasulullah ﷺ dinaikkan hingga ke Sidratul Muntaha. Sidr adalah nama pohon yang banyak dikenal di kalangan orang Arab. Namun ini jenis pohon yang lain. Buahnya seperti jambangan dari kota Hajar, sebuah kota di Bahrain dan daunnya seperti telinga ﷺ melihat empat buah sungai di pangkal Sidratul Muntaha. Dua sungai batin dan dua sungai zhahir. Jibril menerangkan bahwa dua sungai batin adalah dua sungai di surga, sedangkan dua sungai zhahir adalah sungai Nil dan Sidratul Muntaha, Rasulullah ﷺ melihat Jibril dalam wujudnya yang asli. Jibril memiliki enam ratus sayap sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Al-Bukhari 3232 dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu di Sidratul Muntaha, Rasulullah ﷺ dimasukkan ke dalam surga. Di surga tersebut Rasulullah melihat sungai Al-Kautsar yang Allah berikan itu Allah memfardhukan shalat kepada beliau dan umatnya lima puluh kali sehari semalam. Ketika beliau melewati Musa alaihis salam, Musa bertanya tentang apa yang diperintahkan kepadanya oleh Nabi ﷺ menyampaikan perintah tersebut. Musa alahis salam mengatakan,”Umatmu tidak akan sanggup shalat 50 kali sehari. Demi Allah! Aku telah mencoba semua orang sebelummu.”Nabi Musa meminta beliau kembali menghadap Allah dan meminta keringanan untuk umatnya. Lantas Rasulullah ﷺ kembali menghadap Allah dan dikurangi sepuluh. Lalu Nabi ﷺ kembali kepada Musa alaihis salam dan Nabi Musa mengatakan sebagaimana tadi dan nabi ﷺ kemudian kembali menghadap Allah Ta’ tersebut terjadi berulang kali hingga tinggal menjadi 5 kali sehari. Ketika Musa alaihis salam masih meminta Nabi ﷺ untuk kembali minta keringanan, Nabi ﷺ berkata,”Aku sudah memohon kepada Allah sehingga aku merasa malu. Aku sudah ridha dan menerima.”Ketika Rasulullah ﷺ berlalu, ada suara yang menyatakan,”Aku berlakukan kewajiban dari-Ku dan Aku berikan keringanan kepada para hamba-Ku.”Setelah perjalanan lintas langit hingga sampai ke tingkat tertinggi tersebut, Nabi ﷺ kembali ke Makkah di malam itu Rasulullah menyampaikan kepada masyarakat Quraisy apa yang beliau alami pada malam Isra’ Mi’raj, maka mereka mendustakan Nabi ﷺ . Sebagian dari orang Quraisy yang pernah ke Baitul Maqdis bertanya kepada Nabi ﷺ tentang ciri-cirinya untuk hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,” Ketika orang-orang Quraisy mendustakanku, maka aku berdiri di Hijr. Kemudian Allah memperlihatkan kepadaku Baitul Maqdis sehingga aku mulai menyampaikan kepada mereka ciri-cirinya dengan melihat kepadanya.”[iv]بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُKhutbah Keduaاَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًااللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعدPelajaran Hikmah Kisah dari Isra Mi’rajMa’asyiral Muslimin rahimakumullah,Dari peristiwa Isra’ Mi’raj yang sangat spektakuler ini, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil darinya. Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar sendiri menyebutkan 36 pelajaran, adab dan hukum yang disarikan dari hadits itu tidak mungkin kami sampaikan dalam kesempatan yang sangat terbatas ini. Kami sampaikan saja sebagian kecilnya sebagai pengetahuan buat kita semuanya. Secara ringkas di antara pelajaran yang bisa diambil adalah sebagai berikutKeutamaan Rasulullah ﷺ, mengingat beliau diangkat sampai ke derajat tertinggi dan menjadi imam shalat para nabi alaihimus zam-zam dibanding sumur-sumur yang lain karena Jibril mencuci hati dan rongga perut Nabi ﷺ dengan air langit ada binatang yang bukan binatang bumi. Dia memiliki beberapa keistimewaan yang tidak terdapat pada semua binatang di bumi. Di antaranya adalah Buraq yang ditunggangi oleh Rasulullah ﷺ dan sebagian Nabi yang Buraq karena kecepatannya yang luar biasa. Buraq meletakkan kaki ketika melangkah hingga pada tempat yang paling yang datang kepada orang lain maka dialah yang memulai dengan berkenalan dengan orang yang kita temui dalam perjalanan meminta ijin ketika kita hendak masuk ke rumah orang lain sebagaimana Jibril alaihis alam minta ijin ketika hendak masuk ke setiap lapis adab yang agung adalah menyambut orang baik yang datang kepadanya dan memujinya jika sudah mengetahui sifatnya dan malaikat memiliki Ka’bah di langit ke tujuh. Mereka menunaikan shalat ke sana dan menunaikan haji ke sana. Setiap hari 70 ribu malaikat masuk ke dalamnya. Setiap malaikat yang sudah masuk ke dalamnya, tidak diberi kesempatan lagi untuk kembali ke saran dari para pemberi nasehat yang terpercaya sebagaimana Nabi kita ﷺ menerima nasehat Musa alaihis salam agar kembali menghadap Allah dan meminta bepergian ke Masjidil Aqsha dan shalat di dan Mi’raj ke langit tertinggi yang dialami Rasulullah ﷺ adalah dengan jasad dan ruh beliau. Bukan ruh shalat dibandingkan fardhu yang lain karena difardhukan di tempat memuji seseorang di hadapannya jika aman dari dampak buruk pada orang dan neraka adalah makhluk boleh menyandarkan punggungnya ke Ka’bah dan mengarahkan wajahnya ke arah sebaliknya, sebagaimana dilakukan Ibrahim alaihis salam ketika menyandarkan punggungnya ke Baitul Makmur.[v]Demikian tadi sejumlah pelajaran dan hukum serta adab yang bisa diambil dari hadits tentang Isra’ Mi’raj. Semoga bisa menambah wawasan kita dan menguatkan iman Penutupإِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاللهم احفَظ المُسلمين في كل مكان، اللهم احفَظ المُسلمين في بلاد الشام، وانصُرهم على عدوِّهم وعدوِّك يا رب العالميناللهم إنا نسألُك الجنةَ وما قرَّبَ إليها من قولٍ وعملٍ، ونعوذُ بك من النار وما قرَّب إليها من قولٍ وعملٍاللهم أصلِح لنا دينَنا الذي هو عصمةُ أمرنا، وأصلِح لنا دُنيانا التي فيها معاشُنا، وأصلِح لنا آخرتَنا التي إليها معادُنا، واجعل الحياةَ زيادةً لنا في كل خيرٍ، والموتَ راحةً لنا من كل شرٍّ يا رب العالميناللهم إنا نسألُك الهُدى والتُّقَى والعفافَ والغِنى، اللهم أعِنَّا ولا تُعِن علينا، وانصُرنا ولا تنصُر علينا، وامكُر لنا ولا تمكُر علينا، واهدِنا ويسِّر الهُدى لنا، وانصُرنا على من بغَى علينااللهم اجعَلنا لك ذاكِرين، لك شاكِرين، لك مُخبتين، لك أوَّاهين مُنيبيناللهم تقبَّل توبتَنا، واغسِل حوبتَنا، وثبِّت حُجَّتنا، وسدِّد ألسِنتَنا، واسلُل سخيمةَ قلوبنااللهم اغفِر للمُسلمين والمُسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات، اللهم ألِّف بين قلوبِ المُسلمين ووحِّد صُفوفَهم، واجمع كلمتَهم على الحقِّ يا رب العالمينإِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴾ [النحل 90]فاذكروا اللهَ يذكُركم، واشكُروه على نعمِه يزِدكم، ولذِكرُ الله أكبر، واللهُ يعلمُ ما تصنَعون.[i] Ar-Rahiq Al-Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Dar Ihyai At-turats, hal. 124.[ii] Kisah-Kisah Ghaib dalam Hadits Shahih, Dr. umar Sulaiman Al-Asyqar, Darul Falah, Jakarta, hal. 193-215.[v] Ibid, hal. 215-220.
ِAlhamdulillah kita memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah memberi kita berbagai nikmat yang sangat banyak lagi tak terhitung banyaknya, selanjutnya shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan mereka yang mengikuti mereka dengan baik hingga suatu hari kiamat.
Khutbah kali ini ada kisah-kisah menarik dari sahabiyah Anshar Ummu Sulaim, yang nama lainnya adalah Rumaysho. Semoga kita bisa memetik pelajaran tentang keimanan, kesabaran, dan akhlak yang mulia. Khutbah Pertama الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah … Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan. Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman, suri tauladan kita, Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Murid-murid Nabi kita dari kalangan sahabat adalah orang-orang mulia dan akhlaknya patut dicontoh. Di antara mereka ada sahabat dari kalangan Anshar yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam katakan, آيَةُ الإِيْمَانِ حُبُّ الأنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأنْصَارِ “Di antara tanda iman adalah mencintai kaum Anshar. Di antara tanda kemunafikan adalah membenci Anshar.” HR. Bukhari, no. 16 Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan kita agar berbicara tentang kebaikan mereka, tidak boleh menjelekkan dan mencela mereka. Dalam hadits disebutkan, لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ “Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka itu tidak bisa menandingi satu mud infak sahabat, bahkan tidak pula separuhnya.” HR. Bukhari, no. 3673 dan Muslim, no. 2540. Baca juga Tak Boleh Mencela Sahabat Nabi Pada kesempatan Jumat kali ini, ada satu sahabat wanita dari kalangan Anshar yang berasal dari suku Khazraj yang mesti kita gali pelajaran dari beliau. Ia adalah Ummu Sulaim. Ada yang menyebut Ummu Sulaim memiliki nama Ghumaisha’. Ada juga yang menyebutnya dengan Rumaysho, Sahlah, Anifah, atau Rumaitsah. Ia adalah putri dari Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Aamir bin Ghanam bin Adi bin An-Najar. Rumaysho ini adalah ibu dari Anas bin Malik, pelayan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Rumaysho awalnya menikah dengan Malik yang kafir. Ia menuntun putranya Anas untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia menuntun putranya, ucapkanlah “LAA ILAHA ILLALLAH, ASY-HADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAH.” Anas pun mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut. Setelah Anas masuk Islam, Malik berkata kepada Ummu Sulaim, لاَ تُفْسِدِي عَلي ابْنِي . فَتَقُوْلُ إِنِّي لاَ أُفْسِدُهُ . “Kamu jangan merusak anakku.” Ummu Sulaim menjawab, “Aku tidaklah merusaknya.” Baca juga Keutamaan Kalimat LAA ILAHA ILLALLAH Malik kemudian pergi. Lantas Malik bertemu musuhnya, lalu ia dibunuh oleh musuhnya. Ummu Sulaim tidaklah menikah sampai Anas sendiri yang menyarankan ibunya menikah. Kemudian Ummu Sulaim dilamar lalu menikah dengan Abu Thalhah Zaid bin Sahl Al-Anshari. Lalu putranya dari pernikahan tersebut adalah Abu Umair dan Abdullah. Ummu Sulaim pernah mengikuti perang Hunain dan Uhud. Ia adalah di antara wanita-wanita istimewa. Rumaysho Ummu Sulaim adalah di antara sahabat yang mulia, dikenal dengan akhlaknya yang luar biasa dan bagaimanakah kesabarannya yang sulit ditemukan di zaman ini. Baca juga Jihad dengan Ilmu vs Senjata Kisah pertama dari Rumaysho Ummu Sulaim Anas mengatakan bahwa Abu Thalhah melamar Ummu Sulaim sebelum Abu Thalhah masuk Islam. Ummu Sulaim berkata, “Saya tertarik kepadamu dan semisalmu juga mendatangiku. Sayangnya, kamu itu laki-laki kafir. Saya adalah wanita Muslimah. Jika kamu masuk Islam, itu sudah cukup menjadi maharku, aku tidak meminta mahar yang lainnya lagi.” Lantas Abu Thalhah masuk Islam dan menikahi Ummu Sulaim. Lihat Tahdzib Hilyah Al-Auliya’ wa Thabaqaat Al-Ashfihaa’ karya Al-Hafizh Abu Nu’aim Al-Ash-fahani, hlm. 279. Pelajarannya Jadilah orang yang memiliki pendirian kokoh. Jangan sampai mau korbankan agama hanya karena ada pria atau wanita yang tertarik menikah. Baca juga Jadilah Wanita Seperti Ummu Sulaim, Jangan Sampai Korbankan Agama Karena Pria Kisah kedua dari Rumaysho Ummu Sulaim Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu menceritakan Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan lapar, lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam mengirim utusan ke para istri beliau shallallahu alaihi wa sallam. Para istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali air”. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang ini?” Salah seorang kaum Anshar berseru, “Saya.” Lalu orang Anshar ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, dan ia berkata, “Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam!” Istrinya menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali jatah makanan untuk anak-anak.” Orang Anshar itu berkata, “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seakan mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Malam ini Allah tertawa atau takjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah menurunkan ayat, وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ “Dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” QS. Al-Hasyr 9. HR Bukhari, no. 3798. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan nama orang Anshar yang melayani tamu tersebut adalah Abu Thalhah radhiyallahu anhu. Istri Abu Thalhah adalah Ummu Sulaim radhiyallahu anha. Pelajarannya Milikilah sifat mulia itsar, yaitu mendahulukan orang lain daripada diri sendiri untuk urusan dunia, padahal diri kita sendiri butuh. Sifat itsar lebih dari sekadar berderma, tetapi lebih pada berkorban demi saudara dan begitu kuatkanya keyakinan akan janji Allah. Baca juga Berbagai Kisah Itsar Penuh Teladan Kisah ketiga dari Rumaysho Ummu Sulaim Dari Anas, ia berkata mengenai putera dari Abu Thalhah dari istrinya Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata pada keluarganya, لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ “Jangan beritahu Abu Thalhah tentang putranya, biar aku sendiri yang memberitahukan kepadanya.” Diceritakan bahwa ketika Abu Thalhah pulang, istrinya Ummu Sulaim kemudian menawarkan padanya makan malam. Suaminya pun menyantap dan meminumnya. Kemudian Ummu Sulaim berdandan cantik yang belum pernah ia berdandan secantik itu. Suaminya pun menyetubuhi Ummu Sulaim. Ketika Ummu Sulaim melihat suaminya telah puas dan telah menyetubuhi dirinya, ia pun berkata, يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ. “Bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta pinjaman mereka lagi, apakah tidak dibolehkan untuk diambil?” Abu Thalhah menjawab, “Tidak.” Ummu Sulaim, “Bersabarlah dan berusahalah raih pahala karena kematian puteramu.” Abu Thalhah lalu marah kemudian berkata, “Engkau biarkan aku tidak mengetahui hal itu hinggga aku berlumuran janabah, lalu engkau kabari tentang kematian anakku?” Abu Thalhah pun bergegas ke tempat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan mengabarkan apa yang terjadi pada beliau shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun mendoakan, بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا “Semoga Allah memberkahi kalian berdua dalam kebaikan pada malam yang telah berlalu dari kalian berdua.” Akhirnya, Ummu Sulaim pun hamil lagi. HR. Muslim, no. 2144. Pelajarannya Dari kisah ini, kita bisa melihat bagaimana kuatnya kesabaran Ummu Sulaim, sungguh ia begitu penyabar. Sampai-sampai ketika putranya meninggal dunia, ia bisa bersabar seperti itu. Ketika dapat musibah kala itu, ia tetap melayani suaminya seperti biasa, bahkan ia pun berdandan begitu istimewa demi memuaskan suaminya di ranjang. Tatkala suaminya puas, baru ia kabarkan tentang kematian putranya. Sungguh kesabaran yang luar biasa. Ingat pula bahwa doa berkah Nabi shallallahu alaihi wa sallam sungguh luar biasa. Ummu Sulaim setelah itu dikarunia tujuh anak yang kesemuanya telah menamatkan Al-Qur’an. Itulah hikmah di balik kesulitan ada kemudahan. Satu kesulitan tak mungkin mengalahkan dua kemudahan. Baca juga Kisah Rumaysho Ummu Sulaim yang Sangat Penyabar Dari Rumaysho Ummu Sulaim, kita dapat belajar Pentingnya mempertahankan iman, bukan mengejar dunia hingga meninggalkan agama. Milikilah sifat itsar, dahulukan saudara kita dalam urusan dunia, walau sebenarnya kita butuh. Kalau itsar itu dianjurkan, bersedekah dan berderma tentu dianjurkan pula. Kita harus bersabar dalam menghadapi ujian. Sabar secara bahasa berarti al-habsu yaitu menahan diri. Sedangkan secara syari, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara 1 ketaatan kepada Allah, 2 hal-hal yang diharamkan, 3 takdir Allah yang dirasa pahit. Baca juga Tiga Bentuk Sabar Semoga Allah menganugerahkan kepada kita keimanan, kesabaran, dan akhlak yang mulia dengan pandai berderma dan memberi. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Referensi Tahdzib Hilyah Al-Auliya’ wa Thabaqaat Al-Ashfihaa’. Cetakan pertama, Tahun 1419 H. Shalih Ahmad Asy-Syami. Penerbit Maktahab Al-Islamy. – Disusun saat rewang di dekat Ponpes Darush Sholihin Jumat pagi, 19 Syawal 1443 H, 20 Mei 2022 Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Silakan unduh Khutbah Jumat “Belajar dari Rumaysho Ummu Sulaim Iman, Sabar, Akhlak Mulia”
KhutbahJum'at: Sebelum Ramadhan Pergi - Hari ini adalah jum'at terakhir di bulan Ramadhan 1434 H. Tinggal beberapa hari lagi Ramadhan akan pergi meninggalkan kita. Karenanya, Khutbah Jum'at edisi 05 Ramadhan 1434 H yang bertepatan dengan 04 Juli 2014 ini, Bersama Dakwah memilih tema "Sebelum Ramadhan Pergi". *** KHUTBAH PERTAMA
Naskah khutbah Jumat berikut ini mengingatkan kembali tentang keistimewaan bulan Muharram yang berjuluk “syahrullâh” bulan Allah. Selain memperbanyak amal baik, yang perlu diperhatikan adalah ragam peristiwa bersejarah yang pernah terjadi dalam bulan pertama Hijriah ini. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Keutamaan, Amalan, dan Peristiwa Penting Bulan Muharram". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اَنْ اَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ەۙ وَذَكِّرْهُمْ بِاَيّٰىمِ اللّٰهِ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ إبراهيم ٥ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan. Kaum Muslimin yang berbahagia, Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan Dzulhijjah, bulan terakhir di tahun 1442 H dan memasuki Muharram, bulan pertama di tahun baru 1443 H. Hadirin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah, Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan al-Asyhur al-Hurum. Empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Di antara amalan bulan Muharram adalah Pertama, memperbanyak puasa sebagaimana disabdakan oleh Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ رواه مسلم Maknanya “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam” HR Muslim Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Hadits di atas secara jelas menyatakan bahwa kita disunnahkan berpuasa di bulan Muharram, terutama pada hari kesepuluh Muharram yang disebut dengan puasa Asyura’. Begitu juga hari kesembilan yang disebut puasa tasu’a’. Bahkan Imam Syafi’i menyatakan dalam kitab al-Umm bahwa disunnahkan puasa tiga hari sekaligus, yaitu 9, 10 dan 11 Muharram. Ketika ditanya mengenai puasa Asyura’, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ Maknanya “Menghapus dosa setahun yang telah berlalu” HR Muslim Kedua, kita disunnahkan untuk meluaskan belanja kepada keluarga pada hari kesepuluh Muharram. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَا Maknanya “Barang siapa melapangkan nafkah belanja kepada keluarganya istri, anak dan orang-orang yang ia tanggung nafkahnya pada hari Asyura’, maka Allah akan melapangkan rezeki baginya sepanjang tahun” HR ath Thabarani, al-Baihaqi dan lainnya. Setelah menyebutkan beberapa jalur periwayatan dari hadits di atas dalam kitab Syu’abul Iman, Imam al-Baihaqi berkomentar هٰذِهِ الْأَسَانِيدُ وَإِنْ كَانَتْ ضَعِيفَةً فَهِيَ إِذَا ضُمَّ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ أَخَذَتْ قُوَّةً “Sanad-sanad ini meskipun lemah, namun jika digabungkan menjadi kuat.” Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Dua amalan di atas-lah yang secara eksplisit disebutkan dalam hadits, yaitu berpuasa dan melapangkan nafkah belanja kepada keluarga. Adapun amalan-amalan lain di hari Asyura’ yang disebutkan oleh sebagian ulama, seperti melakukan shalat tasbih, sedekah, mengunjungi ulama, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memakai celak, bersilaturahim dan lain-lain, maka boleh-boleh saja diamalkan pada hari Asyura’ meskipun tidak ada hadits yang secara khusus menganjurkannya. Karena itu semua adalah amalan-amalan yang baik dan dianjurkan untuk dilakukan, baik pada hari Asyura’ ataupun lainnya. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sedangkan mengenai peristiwa penting bulan Muharram, terutama pada hari Asyura’, di antaranya adalah Para hari Asyura’, Allah menerima taubat Nabi Adam alaihis salam dari maksiat yang beliau lakukan, yang bukan kufur, bukan dosa besar dan bukan dosa kecil yang mengandung unsur kehinaan jiwa. Pada hari Asyura’, Allah menyelamatkan Nabi Nuh alaihis salam dan kaumnya yang beriman dari air bah yang menenggelamkan seluruh apa yang ada di atas muka bumi. Pada hari Asyura’, Allah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Nabi Musa alaihis salam dan kaumnya yang beriman. Pada hari Asyura’, Allah menyelamatkan Nabi Yunus alaihis salam dari dalam perut ikan Hut. Pada hari Asyura’, Allah menganugerahkan kekuasan dan kerajaan kepada Nabi Sulaiman alaihis salam. Para hari Asyura’, Allah menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub alaihis salam yang diderita selama 18 tahun. Penyakit itu bukanlah penyakit yang menjijikkan. Tidak benar bahwa beliau sakit sampai-sampai keluar ulat atau belatung dari tubuhnya. Pada hari Asyura’ tahun 4 H, terjadi perang Dzatur Riqa’. Pada hari Asyura’ tahun 61 H, Sayyiduna al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma terbunuh sebagai syahid di tangan orang-orang yang berbuat zalim kepadanya di Karbala’, Iraq. Dan masih banyak lagi kejadian dan peristiwa penting lainnya yang terjadi pada bulan Muharram yang kesemuanya menunjukkan kemuliaan dan keutamaan bulan Muharram. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur Baca naskah khutbah Jumat lainnya seputar Muharram" Khutbah Jumat Bagaimana Kita Mengisi Bulan Muharram? Khutbah Jumat Pelajaran dari Peristiwa Penting di Hari Asyura Khutbah Jumat Hijrah, Titik Awal Kejayaan Islam
DalamKhutbah Jumat di Masjid Suciati Saliman kali ini, kami akan menceritakan dua kisah. Dua kisah ini akan mengajarkan pada kita bagaimanakah kita diajarkan loyal dan cinta kepada sesama muslim dan bagaimanakah bersikap kepada non-muslim. Kisah pertama
Allah menetapkan khutbah dalam shalat Jumat untuk mengingatkan umat Islam perihal urusan dunia dan akhiratnya. Karena itu, khatib seharusnya tidak hanya menyinggung perihal surga dan neraka saja, namun juga setiap hal yang berfaedah, sekalipun bersifat duniawi. Shalat Jumat merupakan salah satu ibadah wajib yang dilaksanakan setiap pekan sekali. Semua umat Islam yang sudah baligh, berakal, pintar, berdomisili tetap, diwajibkan untuk menunaikan ibadah tersebut. Selain untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan memanen pahala dari-Nya di hari yang mulia, ibadah satu ini juga menjadi momentum pertemuan di antara umat Islam. Mereka yang sebelumnya sibuk dengan pekerjaan, dan kesibukan lainnya, akan berhenti sejenak untuk melaksanakan shalat Jumat dengan cara berjamaah. Shalat Jumat sendiri memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya 1 dilakukan di waktu Dzuhur; 2 dilakukan di pemukiman; 3 berjamaah; 4 terdiri dari 40 jamaah; 5 dua khutbah Jumat; dan beberapa syarat lainnya. Dalam kesempatan ini, penulis akan menjelaskan hikmah di balik adanya syarat khutbah dalam shalat Jumat. Sebab, shalat-shalat wajib yang tidak bisa sah tanpa adanya khutbah hanyalah shalat Jumat, bukan yang lainnya. Secara etimologis, khutbah adalah ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh seorang pembicara khatib kepada orang-orang dengan bahasa yang lugas. Sedangkan khutbah secara terminologis adalah sebuah pidato berisikan nasehat yang disampaikan seorang pembicara kepada banyak pendengar dengan bahasa yang fasih dan lugas. Mausu’ah Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, [Mesir, Dârus Shafwah 1427], juz XIX, halaman 176. Sebagaimana yang telah dijelaskan, shalat Jumat tidak sah jika tanpa khutbah. Karena itu, sudah seharusnya bagi semua umat Islam untuk memperhatikannya, mulai dari rukun, dan syarat-syaratnya. Sebab, jika khutbah tidak sah, maka shalat juga tidak sah. Namun demikian, khutbah tidak hanya berlaku sebagai syarat sah shalat Jumat. Lebih dari itu terdapat hikmah yang sangat istimewa di dalamnya. Bahkan, Allah tidak menjadikan khutbah sebagai syarat sahnya shalat kecuali di waktu shalat Jumat. Salah satu ulama Al-Azhar Mesir, Syekh Ali Ahmad al-Jurjawi dalam kitabnya mengatakan bahwa sifat manusia pada umumnya adalah condong pada kejelekan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً 19 إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعاً 20 وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعاً 21 Artinya, “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan harta dia jadi kikir.” QS Al-Ma’arij19-21. Karena itu, Allah menetapkan adanya khutbah dalam shalat Jumat untuk mengingatkan umat Islam kembali perihal urusan dunia dan akhiratnya. Mereka berkumpul di satu tempat untuk sama-sama mendengarkan nasehat yang disampaikan oleh khatib, sehingga perbuatannya bisa manjadi baik dan kuat akidahnya. Karena itu, khatib seharusnya tidak hanya menyinggung perihal surga dan neraka saja, namun juga setiap hal-hal yang berfaedah, sekalipun berupa dunia لَقَدْ كَانَ السَّلَفُ الصَّالِحِ لَا يَقْتَصِرُوْنَ عَلَى التَّبْشِيْرِ بِالْجَنَّةِ وَالتَّحْذِيْرِ مِنَ النَّارِ وَكُلِّ مَا هُوَ مُتَعَلِّقٌ بِأَمْرِ الْأَخِرَةِ، بَلْ كَانُوْا يَشْرَحُوْنَ لِلْمُصَلِّيْنَ كُلَّ مَا فِيْهِ فَائِدَةٌ دُنْيَوِيَةٌ أَوْ أُخْرَوِيَةٌ تَعُوْدُ عَلَيْهِمْ Artinya, “Para ulama salafus shalih tidak hanya menyampaikan nasehat kebahagiaan perihal nikmat surga, atau nasehat menakutkan perihal neraka, dan hal lain yang berhubungan dengan neraka saja, tetapi juga menjelaskan kepada orang-orang yang shalat jamaah perihal setiap sesuatu yang di dalamnya terdapat faedah, bagi dunia dan akhirat mereka.” كَانَ الْخَطِيْبُ فِي صَدْرِ الْاِسْلَامِ يَقِفُ عَلَى الْمِنْبَرِ وَيَشْرَحُ الدَّاءَ الَّذِيْ أُصِيْبَتْ بِهِ جمَاعَةُ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَصِفُ الدَّوَاءَ بِصُوْرَةٍ مُؤَثِّرَةٍ. فَاِذَا كَانَ الْجِهَادُ شُرِحَ لَهُمْ ثَوَابَ الْكِرَامِ الْمُحْسِنِيْنَ، وَاِذَا كَانَتْ هُنَاكَ فِتَنٌ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ شُرِحَ لَهُمْ مَا يُوْطِدُ دَعَائِمَ الْأَمْنِ فِي الْبِلَادِ وَهَدَاهُمْ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ وَاِلَى صَلَاحِ أَمْرَيْ الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ Artinya, “Khatib di awal Islam berdiri di atas mimbar dan menjelaskan kepada jamaah perihal penyakit yang menimpa mereka, kemudian menjelaskan obatnya dengan cara yang sangat menggugah. Jika sedang terjadi jihad, maka dijelaskan kepada mereka tentang balasan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. Jika terjadi fitnah perseteruan, maka dijelaskan kepada mereka pilar-pilar keamanan negara, dan mengajak mereka pada jalan yang lurus dan pada kebaikan dunia dan akhirat.” Syekh al-Jurjawi, Hikmatut Tasyrî’ wa Falsafatuh, [Maktabah at-Taufiq, Darul Fikr 1997], juz I, halaman 90-91. Demikian adanya hikmah khutbah dalam shalat Jumat. Seolah, Allah hendak memberikan peringatan kepada umat Islam dalam setiap pekan satu kali melalui khutbah yang disampaikan dalam shalat Jumat. Hal itu untuk manjadi nasehat agar umat Islam masih sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, baik dalam berbuat, berkata, dan yang lainnya. Wallahu A’lam bisshawab. Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
T1ZHT. iomj4ab2b1.pages.dev/564iomj4ab2b1.pages.dev/93iomj4ab2b1.pages.dev/398iomj4ab2b1.pages.dev/553iomj4ab2b1.pages.dev/7iomj4ab2b1.pages.dev/378iomj4ab2b1.pages.dev/301iomj4ab2b1.pages.dev/20
khutbah jumat kisah penuh hikmah